Lagi viral kan ya postingan kakak kita yang menggagalkan pernikahan akibat perseteruan antara dia dan calon mertuanya.
Saya ngga brani judge siapa benar siapa salah hanya karna baca obrolan yang di capture itu. Ngga tau juga asal muasal hubungan mereka sedari awal…
Yang menarik saya justru istilah sangge. Mendadak daun sangge ini jadi tenar. Saya baru tau klo daun sangge ternyata bahasa batak untuk daun sere (serai) yang biasa dipake untuk campuran bumbu masak.
Berawal dari postingan kakak itu yang memang sih bikin pilu hati baca obrolannya. Dari mulai emas sampe rok yang dipake calon istri pun harus jadi perhatian calon mertua. Sabar ya kak…
Sinamot
Sinamot adalah istilah dalam bahasa Batak yang maksudnya berupa jumlah uang (tuhor) yang diberikan pihak laki laki untuk keluarga pihak perempuan sebagai ganti atau tanda balas jasa pada keluarga perempuan yang sudah membesarkan anak perempuannya sampai akhirnya anak perempuan tersebut dibawa untuk diperistri oleh laki laki.
Kalo istilah yang lebih familiar adalah uang hangus.
Jaman duluuu kali, malah sinamot ini bukan berupa uang. Jadi karna orang Batak ini sebagian besar adalah petani, maka kalo ada anak gadis mereka yang biasa membantu bertani udah mau diperistri orang, maka untuk menggantikan posisi anak gadis ini, orang tuanya akan meminta pihak laki2 memberikan orang lain lagi sebagai pengganti yang bisa mengerjakan tugas anak gadisnya tadi. Tapi, karna cara ini dinilai tidak berpengaruh, maka syaratnya diganti lagi jadi beberapa kerbau atau hewan ternak lainnya. Lagi, karena dirasa terlalu berat, kemudian berganti lagi jadi emas dan sampe sekarang akhirnya jadi berbentuk uang. Itupuuun masi dirasa berat ya, hehe…
Kenapa?
Karna pada adat Batak, sinamot biasanya ditentukan atas bermacam macam kondisi. Salah satunya tingkat pendidikan calon istri. Makin tinggi pendidikan maka sinamot pun makin mahal. Belum lagi kalo kerjaan calon istri ini bergengsi. Wah… hemat2 lah masa pacaran ya bang, biar bisa nabung untuk sinamot ;)
Macam mana pula kalo ngga mampu?
Nah ini tergantung dari kedua belah pihak keluarga. Tapi, bagi laki2 yang memang sudah niat menikah, apalagi orang Batak maka dia pasti akan usahakan. Itu sebab orang Batak ini terkenal dengan sifatnya yang pekerja keras dan pantang menyerah. Dulu orang batak ini jarang ada yang mau nikah muda. Lagipula, semakin tinggi sinamot, maka semakin tinggi pula derajat calon suami dimata pihak keluarga calon istri.
Saya punya banyak temen orang Batak yang sebagian ada yang awalnya ngga mampu menyediakan sinamot yang ditawarkan keluarga calon istrinya. Tapi, karena niat menikahnya karna ibadah dan itikad baik calon suami dengan sungguh sungguh meminta pada orang tua calon istri serta orang tua calon istri yang ngga ribet dan ngga banyak menuntut akhirnya mereka menikah dengan sangat sederhana. Sekarang taraf hidupnya semakin baik dan keluarganya bahagia. Bukankah menikah adalah menyempurnakan setengah agama dan membuka pintu rezeki? Sekarang malah mereka selalu membahagiakan orang tua mereka... :)
Kembali ke daun sangge
Keputusan kakak itu untuk membatalkan pernikahan dinilai tepat. Ya, dari awal aja udah berseteru masalah apa yang dipakai, berlanjut ke status kepemilikan rumah dan cara berpacaran. Kalo apa2 disangkut pautkan sama materi ya payah juga.
Nanti mertua ultah, mau kasi kado tas yang KW ngga enak. Mau kasi tas yang ORI ngga sanggup. Ngutang? Hmm… Demi jaga gengsi ke mertua malah bisa2 berantem sama suami karna hutang. Serba salah kan ya? Apalagi kalo liat obrolan mereka ini sepertinya calon suami ada dibawah ketiak ibu a.k.a anak mami. Duh… Anak berbakti sama orang tua sih bagus, tapi punya ketegasan lebih bagus lagi. Cmiiw…
Gara gara ini jadi banyak komentar netizen yang mengarah ke sinamot.
“emang berapa sih sinamotnya?”
Sebagai anak, sudah selayaknya kita menghargai orang tua. Membalas jasa mereka tentu kita tak akan mampu. Tapi, dengan rasa hormat dan patuh akan membuat hati orang tua tentram.
Sebaliknya sebagai orang tua, sudah wajib mengajarkan anak dengan pendidikan agama dan etika. Tanggung jawab yang paling utama. Mengajarkan anak untuk selalu mengutamakan apalagi mendewakan materi bukanlah hal baik.
Kalau masing2 saling paham bahwa menikah adalah ibadah, tentu syarat nikah tak akan dipersulit. Sudah ada ketentuan Tuhan tentang syarat sah menikah, jadi janganlah kita pandai2an membuat aturan baru yang menjadikan niat menikah bukan lagi karna ibadah. Apalagi niat ibadah harus batal karna syarat yang tak mampu dipenuhi salah satu pihak.
Emas yang dibanding2kan dengan daun sangge. Kalo bisa lebih bijak lagi, dan calon ibu mertua mau aja sedikit berpikir positif kenapa calon mantunya bisa pake emas tipis dan songket jadul. Bisa jadi calon mantu memang orang yang sederhana. Sederhana sikap dan penampilan malah akan terlihat lebih anggun. Kakak itu dengan penampilan sederhana begitu juga udah cantik kok. Belum tentu dengan pakai emas tebal menyilaukan mata diseluruh bagian tubuhnya membuat seseorang terlihat cantik. Belum tentu… ! Malah sebagian orang akan menilai negatif.
Lagi pula kalo punya mantu yang suka mewah2 bukannya nanti anakmu juga yang pening, bu?
Sekarang banyak perhiasan yang menyerupai emas. Cantik2 dan terlihat mewah. Menjadi cantik ngga harus mahal kan ya?
Dan filosifi daun sangge ini pun sangatlah baik. Dengan pohon pendek, berdaun tipis menjadikannya mirip seperti padi. Banyak manfaat yang bisa diambil dari pohon sederhana ini. Dari batang sampe ujung daun semuanya bisa digunakan. Lalu apa manfaatnya? Googling dong, ah…
Lagi…
Saya jadi smakin setuju dengan quote yang pernah saya jadikan judul dipostingan yang saya privat :)
Baydeway..
Kalo emasnya setipis daun sangge tapi lebarnya seperti daun sangge kan meriah juga ya? Haha…
Jangan2 nanti daun sangge ini jadi syarat cinamot juga?
Langsung nelpon bapak. Bapaaaak… jadikan samping rumah itu kebun sangge sangge pak, kita jual mahal nanti.. wkwkwkwkwk.. :D
Comments