Jika ada makanan instan yang paling sering saya konsumsi, jawabannya tak lain dan tak bukan adalah mi instan. Bagaimana tidak, sudah tak terhitung berapa kali saya membeli makanan itu. Mulai dari zaman Indomie seharga Rp 750, hingga seharga Rp 2.500 seperti sekarang. Sepertinya, mi instan bersaing ketat dengan nasi putih sebagai makanan teratas penghias dunia kuliner saya. Paling tidak, ya karena iklannya sering muncul di tipi-tipi.
Mi instan memang memiliki keunggulan
seperti julukan yang disematkan kepadanya: instan. Cukup membelinya di warung
samping rumah, kemudian masak dengan air panas, dan tak sampai beberapa menit,
mi instan sudah bisa dikonsumsi. Makanya makanan ini begitu populer karena sungguh,
kita tak perlu repot meracik bumbu.
Mi instan dapat dikombinasikan dengan
berbagai makanan lainnya. Dicampur bakso enak, dicampur sosis lezat,di campur
bakwan pun nikmat. Bahkan tidak dicampur apa-apa pun tetap mampu mengoyang
lidah.
Mi instan dapat dikomsumsi kapan saja
dan di mana saja. Pagi, siang, sore, maupun malam, terserah. Di rumah, di
sekolah, di kampus, ataupun di kosan teman, juga terserah. Saya terkadang
mengonsumsinya tengah malam. Itu adalah ajaran andaeng (bapak) saya waktu SMA. Tapi
sejak itu, saya jadi tahu, tengah malam adalah waktu ternikmat mengonsumsi mi
instan (yang berkuah tapi yah, kalau yang goreng, saya belum tahu).
Sejak SD, saya pun sering mengonsumsi mi
instan di kantin-kantin sekolah. Tapi karena itu juga, akhirnya menyisakan tanda
tanya di kepala saya: kenapa mi instan
selalu lebih nikmat disantap di kantin sekolah ketimbang masak sendiri di
rumah? Sungguh pertanyaan yang belum saya temukan jawabannya.
Selain itu, mi instan dapat menjelma ke
berbagai jenis makanan. Kalau ada nasi tapi tak ada lauk, mi instan bisa jadi
lauk. Kalau ada nasi, ada lauk, tapi tak ada sayur, mi instan pun bisa jadi
sayur. Bahkan ia bisa jadi camilan. Tidak dimasak. Saya menyebutnya dimakan
mentah, dan sungguh rasanya kriuk-kriuk pedas gimana gitu.
Sayangnya, mi instan menyimpan bahaya
bagi kesehatan. Sudah banyak artikel-artikel yang mengulas masalah ini. Misalnya
saja disehat.com, yang menjelaskan bahaya keseringan mengonsumsi mi instan,
yakni dapat menyebabkan kanker, usus bocor, menghambat penyerapan nutrisi, dan
menganggu metabolisme tubuh. Dari artikel yang dimuat rubrikita.com, juga
menjelaskan bahwa salah satu bahaya yang ada dalam mi instan adalah adanya
lapisan lilin yang membuat mi itu tidak lengket dan menggumpal. Lilin inilah
yang sulit diolah oleh tubuh. Setidaknya membutuhkan waktu 3 hari agar tubuh
mampu mencerna dan membuangnya. Selain itu, kandungan Monosodium Glutamat (MSG)
yang ada pada bumbu mi instan, juga sangat berbahaya. Kandungan lilin dan MSG
inilah yang disinyalir dapat memicu timbulnya kanker. So, jangan terlalu sering mengonsumsi mi instan gaess. Bahaya ternyata.
Tapi apa mau dikata, pada
kondisi-kondisi tertentu, mi instan tetap menjadi opsi teratas. Jika sedang
buru-buru misalnya, ya mau tidak mau makan mi instan. Atau untuk menghemat
pegeluaran, ya mau tidak mau makan mi instan lagi.
Comments